Di Pesta Pernikahannya, Si Pengapit Mengatakan "1 Kalimat" Ini! Begitu Pengantin Wanita Dengar, Langsung Minta Batal!

Aku sangat mencintai pria yang sudah kukencani selama 1,5 tahun ini dan kami berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Dulu kami bertemu karena sebuah aplikasi kencan buta yang akhir-akhir ini sangat populer.

Aku dan kekasihku ini bekerja di kota yang sama sehingga hal ini memudahkan kami untuk bertemu. Sejak pertemuan pertama, kami sama-sama merasa cocok sehingga memutuskan untuk melanjutkan ke pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya.

Akhirnya kami berpacaran dan aku merasa sangat senang. Aku mulai mempelajari karakternya dan kebiasaannya sehari-hari. Aku merasa dia adalah pria yang sangat lembut dan bertanggung jawab.

Aku juga merasa kalau ia sangat dewasa dan bisa diandalkan. Oh iya, kekasihku ini sudah berumur 32 tahun dan aku 29 tahun. Memang kata orang usia ini sudah harus cepat-cepat menikah, apalagi kalau sudah cocok. Tunggu apalagi sih?

Selama ini kedua orangtuaku tidak pernah menyuruhku untuk cepat-cepat menikah. Mereka juga tidak pernah bertanya kapan aku akan menikah. Namun tahun kemarin, kedua orangtuaku mendesakku untuk segera menikah.

Mereka tidak mau aku hidup seorang diri di hari tuaku dan mereka juga ingin segera menimang cucu. Awalnya aku masih menolaknya dan menjelaskan kalau aku masih ingin berpacaran saja, tapi lambat laun aku berpikir kalau menikah juga tidak ada salahnya.

Maka dari itu kuputuskan untuk menikah dengannya. Seminggu sebelum resepsi pernikahan digelar, kami mengundang kedua belah pihak orangtua, keluarga dan sahabat dekat untuk saling bertemu.

Disana kami bertemu keluarga besar secara resmi dengan hati penuh kebahagiaan. Aku tak pernah menyangka kalau momen seperti ini akan datang di hidupku. Aku sungguh sangat bersyukur.

Hingga pada akhirnya tibalah hari dimana pesta pernikahanku dilangsungkan. Aku memastikan kalau semuanya sudah dipersiapkan dengan baik dan tidak ada yang kurang. Mulai dari baju, makanan, gedung hingga dua gadis kecil yang menjadi pengapit.

Singkat cerita di tengah acara, kami diminta untuk bersulang dengan semua tamu undangan. Saat kekasihku mengangkat gelas, tiba-tiba salah seorang pengapit berkata dengan suara kencang,”Papa, aku mau minuman manis itu. Kelihatannya enak.”

Aku bingung, anak ini berbicara pada siapa? Aku menatap wajahnya dan melihat kalau mata anak itu tertuju pada kekasihku. Sontak saja ia langsung panik dan gelagapan kemudian berkata,"Sayang, anak ini baru umur 6 tahun. Jaid dia suka bingung lihat orang banyak, sampai-sampai salah kenal orang."

Lalu aku kembali bertanya,"Bagaimana kamu bisa tahu kalau anak ini umur 6 tahun?" Kekasihku dengan cepat menjelaskan,"Iya kelihatannya dia umur 5 atau 6 tahun." Tak disangka anak itu kembali berkata,"Papa,papa..aku mau minum itu! Papa, kok diam saja seperti tidak kenal aku"

Wajah kekasihku langsung muram dan panik. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu calon ibu mertuaku menghampiri pengapit itu dan membawanya turun dari panggung. Suasana dalam sekejap langsung menjadi kaku dan dingin.

"Aku mau pernikahan ini dibatalkan saja!" ujarku lalu pergi. Aku tahu tindakanku ini membuat kekasih dan keluarga jadi malu. Tapi aku tidak bisa berpikir jernih saat itu, tapi satu yang pasti aku tidak mau menikah dengannya.

Aku menyadari kalau aku belum mengenal dengan baik calon suamiku itu. Memang salahku juga tidak pernah berkunjung ke rumah orang tuanya di desa. Aku hanya tahu kehidupannya di kota tanpa mengenal sosok aslinya.

Setelah diselidiki, rupanya kekasihku ini memang sudah pernah menikah sebelumnya dan bercerai. Dari pernikahan tersebut ia sudah memiliki anak perempuan yang berusia 6 tahun dan pengapit itu memanglah anak kandungnya.

Selama ini kekasihku tidak pernah membiayai mantan istri dan anaknya sehingga si mantan istri sengaja membuat anak itu menjadi pengapit di pernikahan kami. Ia ingin mengungkap segalanya di hari itu.

Sebenarnya aku tidak keberatan dengan masa lalunya. Aku bisa menerima kalau ia sudah pernah menikah dan memiliki seorang anak perempuan. Yang menjadi pertimbanganku adalah mengapa ia tidak menafkahi anaknya?

Mengapa ia bisa setega itu membiarkan anaknya? Aku jadi berpikir kalau dia bukanlah seorang pria yang bertanggung jawab. Sejak aku kabur dari pesta pernikahan itu, ia terus menerus menelponku tapi aku tidak mau mengangkatnya.

Aku tidak mau melanjutkan hubungan ini karena aku tidak yakin kehidupanku akan bahagia dengan pria seperti itu.

Sumber : buzzhand

Kamu Mungkin Suka